Selasa, 16 April 2013

5 Mitos Anti Ganja Yang Menyesatkan




Persepsi orang terhadap pengguna ganja selama ini salah. Ketika kita berbicara tentang ganja kepada masyarakat umum, kita sering berhadapan dengan penolakan yang tidak masuk akal. Penolakan ini terjadi karena stigma masyarakat yang negatif terhadap ganja yang sebenarnya secara ilmiah terbukti tidak benar. Namun sayangnya mitos mengenai bahaya ganja lebih dipercaya masyarakat, sebab kampanye anti-ganja selalu memelihara kebohongan itu. Untuk memperbaiki mitos-mitos yang salah pada tanaman ganja yang selama ini dipercaya masyarakat, mari kita simak artikel ini.
(1) Satu linting ganja sama dengan sebungkus rokok.
Propaganda kuno ini menjadi favorit para penentang legalisasi ganja yang kembali lagi dan lagi diucapkan, dan tampaknya tahan terhadap pembuktian di dunia nyata.
http://www.legalisasiganja.com/wp-content/uploads/2012/03/super-joint-thcf-300x221.png
Ganja 420 gram
Prohibitionists (kelompok penolak legalisasi ganja) dengan sungguh-sungguh dan meyakinkan mengatakan kepada kita bahwa merokok hanya satu linting ganja saja sama bahayanya dengan menghisap sebungkus rokok. Kadang mereka mengatakan 16 batang, atau mungkin hanya 4 batang rokok, dll. Mereka tampaknya tidak jelas mengungkapkan dalam jumlah yang tepat.
Kesimpulan yang keliru ini berasal dari sebuah studi yang pernah dilakukan oleh Dr Donald Tashkin, ketika para peneliti dari UCLA menguji resistensi aliran udara pada paru-paru perokok tembakau berbanding dengan paru-paru perokok ganja. Dr Tashkin memang menemukan bahwa perokok ganja setiap hari mengalami “kerusakan ringan yang signifikan” pada peningkatan resistensi aliran udara di saluran napas besar. Kerusakan tersebut lebih besar daripada orang yang menghisap 16 batang rokok per hari.
Tapi ironisnya, Dr Tashkin juga menemukan (dalam sebuah penelitian yang lebih besar) bahwa kondisi kesehatan paru-paru perokok ganja ternyata jauh lebih baik dari perokok tembakau. Setelah enam tahun sejak hasil penelitian terbaru Dr Tashkin itu diumumkan, tidak pernah ada satu orang pun pembicara dari kelompok anti ganja yang menyebutkan hal ini.
Mereka sepertinya tidak pernah punya waktu untuk menyebutkan bahwa penelitian Dr Tashkin juga menemukan bahwa merokok ganja – bahkan untuk kelompok pengguna berat, yang secara teratur menghisap ganja – tidak menyebabkan kanker paru-paru.
Dr Tashkin mengatakan hasil penelitian terbaru ini “were against our expectations”(bertentangan dengan harapan kita).
“Kami menyusun hipotesis mengenai adanya hubungan positif antara penggunaan ganja dan kanker paru dan bahwa hubungan tersebut akan lebih positif dengan penggunaan yang lebih berat,” kata Dr Tashkin.
Penelitian selanjutnya yang mendukung temuan Dr Tashkin itu yaitu sebuah studi 20 tahun yang diterbitkan bulan Januari 2012 yang mengungkapkan bahwa perokok ganja umumnya tidak mengalami kehilangan fungsi paru-paru. Bahkan, banyak dari mereka yang justru memiliki kapasitas paru-paru yang disempurnakan. Peneliti berspekulasi bahwa ini mungkin berasal dari cara menghisap dalam-dalam “deep-lunging” yang biasa dilakukan penikmat ganja untuk memaksimalkan efeknya.
Bahkan pada mereka yang merokok ganja secara teratur selama 20 tahun, para peneliti mengatakan bahwa mereka melihat tidak ada bukti masalah pernapasan.
(2). Penggunaan ganja untuk pengobatan menjadi masalah besar di negara-negarayang sudah menerapkan legalisasi ganja medis.
Pemberitaan di media mengatakan “walaupun benar ada beberapa pasien yang membutuhkan ganja medis, tetapi legalisasi ganja untuk penggunaan pengobatan ternyata menyebabkan masalah besar di California. Apakah kita ingin masalah seperti di California itu berlangsung di sini?”
http://www.legalisasiganja.com/wp-content/uploads/2012/03/medical-marijuana-jars1-300x199.jpg
Ganja Medis
Ketika ditanya lebih jauh apa maksud dari “masalah besar” tersebut, kelompok anti-ganja yang fanatik biasanya akan memberikan argumen seperti; “apotik ganja medis lebih banyak jumlahnya daripada Starbucks di Los Angeles”. Mereka mengatakan akibat dari legalisasi ganja medis, pertumbuhan apotik ganja tidak terkendali.”
Mereka tidak menyebutkan bahwa situasi di Los Angeles disebabkan karena kelalaian pemerintah kota yang terlalu lama dalam menyusun suatu peraturan yang mengatur apotik, sehingga pertumbuhan apotik ganja medis tidak terkendali.
Mereka juga tidak mau menyebutkan bahwa di kota-kota seperti San Francisco dan Oakland, pemerintah kota telah menjadi bagian dari tumbuh berkembangnya apotek ganja selama bertahun-tahun. Selama bertambahnya jumlah apotik ganja medis, tidak pernah terjadi masalah disana.
Di AS, ada 16 negara bagian yang sudah melegalkan penggunaan ganja untuk kebutuhan medis dan sampai saat ini tidak pernah ada masalah.
Selain kota-kota di ke-16 negara ini memiliki aturan dan tata tertib yang dikelola dengan baik, apotik ganja di negara bagian tersebut turut memberi income jutaan dollar dari pajak penjualan ganja medis.
Argumen lain yang tidak beralasan dari kelompok penolak legalisasi ganja adalah bahwa apotik ganja cenderung, entah bagaimana, dapat memicu praktek kejahatan.
Pada kenyataannya apotik ganja memiliki tingkat kejahatan lebih rendah daripada toko minuman keras, menurut laporan Kepolisian Denver. Melihat fakta-fakta dilapangan, semua jenis tindak kejahatan turun di negara-negara dengan apotik ganja.
(3). Legalisasi ganja seperti lereng licin. Jika kita melegalkan ganja, lantas apa berikutnya? Legalisasi Heroin? Cocaine? atau Meth?
Teori Gateway to another drugs (jembatan menuju narkotika yang lebih berbahaya) merupakan sebuah mitos dengan teori yang membingungkan.
http://www.legalisasiganja.com/wp-content/uploads/2012/03/christiania-bikes.jpeg
Kopenhagen - Christiania
Kopenhagen dan Christiania (daerah otonomi di Denmark) telah lama bersahabat dengan ganja selama bertahun-tahun – tapi tidak untuk narkotika berat (hard drugs). Menurut jajak pendapat terbaru, legalisasi ganja sekarang memperoleh dukungan mayoritas. Tetapi dukungan untuk legalisasi narkotika menurun secara drastis. Jajak pendapat mengenai legalisasi ekstasi dan kokain, masing-masing hanya memperoleh 8% dukungan. Heroin dan shabu bahkan lebih rendah, yaitu sebesar 6% menurut jajak pendapat Angus Reid Public Opinion.
Legalisasi ganja tidak akan membuka pintu untuk legalisasi narkotika. Cara masyarakat Amerika memandang wacana legalisasi ganja lebih ditujukan untuk menyoroti perbedaan yang nyata antara ganja dan zat terlarang lainnya yang berbahaya.
Rakyat Amerika tahu perbedaan antara ganja dan narkoba kelas berat. Kebanyakan orang Amerika tahu bahwa orang-orang yang menggunakan ganja tidak menghancurkan hidup mereka.
Tidak sulit untuk membedakan antara pengguna ganja dengan ketidakberdayaan pengguna zat lain seperti heroin dan metamfetamin dalam menghadapi masalah ketergantungan.
(4). Jika kita melegalkan ganja, akan banyak terjadi kecelakaan. Lihatlah akibat dari mengkonsumsi alkohol, apakah kita ingin banyak pengemudi cidera?
Kenyataan yang paling sederhana yaitu, setiap hari ada jutaan perokok ganja berkeliaran dijalan-jalan raya. Apakah setiap hari terjadi kecelakaan akibat penggunaan ganja?
Dengan perkiraan pengguna ganja saat ini di Amerika Serikat antara 40 dan 100 juta, Anda bisa bertaruh bahwa jika ganja benar-benar menyebabkan kecelakaan, akan terjadi tragedi nasional pada pada kasus kecelakaan saat mengemudi dalam keadaan mabuk.
Jika ganja mengakibatkan gangguan motorik mendekati tingkat yang dihasilkan alkohol, pertempuran berdarah akan menjadi berita setiap hari di media, sebagaimana perkelahian yang sering terjadi akibat mengkonsumsi minuman beralkohol.
Tanpa bermaksud mengajak orang lain mengemudi sambil mengkonsumsi ganja, penelitian terkini membuktikan bahwa ganja adalah, pada penggunaan yang berimbang, jauh lebih aman daripada alkohol.
(5). Jika ganja dilegalkan, semua orang akan serta merta menjadi pengguna ganja.
Kaum prohibitionists anti-ganja memiliki pandangan tersendiri dalam mengukur sifat manusia. Mereka berpikir bahwa sebagai manusia kita adalah insan yang tidak baik, yang terpendam keinginannya akibat hukum yang melarang penggunaan ganja.
Hukum pelarangan ganja telah terbukti gagal secara spektakuler dalam upaya mencegah peredaran. Sejak ganja dijadikan barang ilegal 75 tahun yang lalu, popularitasnya semakin meningkat setiap tahun sekalipun tuntutan hukumnya semakin berat dan menjadi lebih kejam.
Penelitian ilmiah dalam cakupan yang besar di AS yang hasilnya dipublish bulan November tahun lalu mengatakan bahwa penangkapan pengguna ganja di AS dan denda yang ditetapkan pemerintah tidak berdampak pada tingkat penggunaan.
Sementara ini, pendekatan lain telah dicoba dengan melokalisasi pengguna ganja ke tempat-tempat khusus seperti di negeri Belanda yang melonggarkan kebijakan hukum kepemilikan dan penggunaan ganja sejak tahun 1970. Belanda memiliki tingkat penggunaan ganja dikalangan remaja yang jauh lebih rendah dibanding yang terjadi di Amerika Serikat.
Debat Legalisasi Ganja
Kami siap menyambut debat terbuka yang serius di seputar isu legalisasi ganja. Yang kami minta adalah dalam perdebatan, setiap orang paling tidak harus berpegang pada fakta dan tidak lari pada teori-teori usang berbasis tahyul yang sudah tidak laku lagi di abad ini. (cpt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar